Gadis cantik jelita itu adalah Randapeda yang berasal dari kampung adat Bukubani, dan kedua laki-laki yang saling bertikai memperebutkan Randapeda yang cantik jelita tersebut adalah Roro dari Wekaroko dan Radungedo dari Galuwadu.
Pertengkaran tersebut diawali dengan saling mengejek dan menghina, dan selanjutnya mereka saling melemparkan pasir satu sama lain.
Baca Juga: 5 Manfaat Telur Puyuh Bagi Kesehatan, Nomor 3 Penting?
Karena kedua pemuda tersebut semakin emosi lalu kedua pemuda tersebut saling melemparkan batu.
Pertikaian yang terjadi di pantai tersebut semakin sengit dan memanas, akhirnya kedua pemuda tersebut saling melempar tombak satu sama lain.
Selang beberapa lama kemudian datanglah Rato Marapu melihat kejadian tersebut, karena dianggap sangat membahayakan lingkungan sekitarnya akhirnya Rato menyuruh kedua pemuda tersebut untuk berdamai dan diselesaikan secara adat.
Baca Juga: Mudah Kok! Ini 4 Cara Mewujudkan Impian dan Tujuan Keuangan
Lalu Rato tersebut menyuruh pemuda tersebut untuk pergi ke tanah lapang untuk melakukan perdamaian di sana dengan saling melemparkan kayu lembing bukan menggunakan tombak sambil menunggang kuda. Agar masalah tersebut dapat terselesaikan tanpa menimbulkan banyak korban jiwa.
Dengan melakukan perintah Rato tersebut, untuk saling melempar tombak sambil menunggang kuda, mereka dapat meluapkan emosi mereka dan bisa melakukan perdamaian.
Dalam acara perdamaian tersebut dilaksakan pemotongan babi, lalu babi tersebut dibagi dua dan dimasukkan ke dalam kain dan diberikan kepada kedua pemuda yang bertikai terebut sebagai symbol perdamaian.