5 Fakta Menarik dari Kampung Raja Prailiu di Sumba Timur

9 Maret 2024, 17:02 WIB
Seorang pria dan wanita mengenakan pakian adat Sumba disebuah rumah di Kampung Raja Prailiu Sumba Timur. /Sumba Stori/Yanto Tena/

SUMBA STORI - Kampung Raja Prailiu merupakan salah satu desa tradisional yang masih alami dan terkenal dengan ciri khas rumah-rumahnya, situs megalitikum, adat istiadat yang unik, dan pengrajin tenun ikat yang terletak di pusat Kota Waingapu.

Bagi masyarakat Sumba, terutama di Kampung Raja Prailiu, sirih pinang digunakan sebagai suatu sajian khusus yang akan diberikan sebelum pelayan lainnya untuk menyambut kedatangan tamu.

Sirih pinang juga berfungsi sebagai sarana untuk memperkuat hubungan keluarga, serta menjadi sarana interaksi sosial dalam kehidupan masyarakatnya.

Karena itu, sirih pinang telah menjadi sebuah warisan budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi dan memiliki makna yang sangat beragam.

Dalam pelaksanaan upacara adat seperti pernikahan, pemakaman, pemberian nama anak raja, atau acara adat lainnya, sirih pinang selalu menjadi fokus utama.

Kampung Raja Prailiu masih memiliki beberapa keunikan yang membuat liburanmu semakin menarik. Lantas, Ingin mengetahui fakta menarik apa saja? Yuk, Simak penjelasan di bawah ini!

1) Bagian dari Kerajaan Lewa Kambera

Pada masa lalu, Kampung Raja Prailiu atau Praing Prailiu adalah lokasi pusat pemerintahan terakhir dari Kerajaan Lewa Kambera.

Pada zaman kolonial Belanda, imperium tersebut meliputi seluruh area yang dihuni oleh masyarakat Suku Kambera.

Mulai dari Lewa di sisi barat hingga Kadumbul di sisi timur, rentangnya mencapai 100 kilometer dari satu titik ke titik lainnya.

Sebelumnya, Kampung Raja Prailiu dipimpin oleh Raja Umbu Njaka. Namun sayangnya, sejak meninggal pada tahun 2008, belum ada penunjukan penerus sebagai raja yang baru.

Tetapi, penduduk lokal masih sangat menghormati adat istiadat dan keyakinan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Tidak mengherankan, karena sejak masa penjajahan Belanda, kakek Tamu Umbu Njaka telah menolak untuk mengambil kekuasaan.

Setelah itu, Prailiu menyerahkan kekuasaan kerajaan kepada sanak saudara mereka yang berasal dari Lewa, Sumba Timur.

Pada saat ini, masih terdapat keturunan langsung dari Kerajaan Lewa Kambera yang tinggal di Kampung Raja Prailiu, seperti Tamu Umbu Pingi Ai dan Tamu Umbu Nggaba Rihi Eti.

2) Kubur Batu Megalitikum

Batu megalitikum yang ada di Sumba Timur bisa ditemukan di Kampung Raja Prailiu, Kecamatan Kambera.

Kubur batu tersebut juga dikenal sebagai reti iyang yang didekorasi dengan ukiran manusia, buaya, kura-kura, monyet, dan udang.

Reti bermakna tempat peristirahatan terakhir, sedangkan iyang merujuk pada jenis ikan di bahasa daerah.

Oleh karena itu, reti iyang dapat dijelaskan sebagai situs pemakaman yang memiliki hiasan berbentuk relief ikan.

Orang sering menggunakan ukiran pada kubur batu untuk menunjukkan kelas sosial seseorang. Di Sumba Timur, ada tiga kelas sosial, yaitu Maramba (raja atau bangsawan), Kabihu (kelompok bangsawan yang mendukung Maramba), dan Ata (pengikut dalam keluarga Maramba).

Di Kampung Raja Prailiu, kubur anggota keluarga Maramba sering kali dihiasi dengan patung hewan yang dipahat, mengikuti tradisi kuburan batu di daerah tersebut.

Satu dari beberapa kubur batu yang dapat diamati di Kampung Raja Prailiu adalah kubur batu Raja Tamu Umbu Njaka.

Tempat peristirahatan terakhirnya berupa kuburan yang terbuat dari batu yang mempunyai berat sekitar 40 ton.

Kurban yang terdiri dari babi, serta hewan-hewan lainnya, dan juga sejumlah besar kain tenun dari masyarakat dan kerabat yang datang untuk melayat, semua ditempatkan ke dalam liang kubur yang terbuat dari batu.

Penduduk di daerah ini meyakini bahwa kain tenun tersebut adalah warisan dari keluarga atau kerabat yang telah meninggal sebagai simbol perhatian kepada yang baru meninggal.

3) Penghasil Kain Tenun 

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Kampung Raja Prailiu terkenal sebagai salah satu daerah di Sumba Timur yang memproduksi kain tenun.

Tidak hanya membeli, kamu juga dapat menyaksikan seluruh tahapan pembuatan produk ini, mulai dari memintal hingga proses pewarnaan yang dilakukan dengan menggunakan tangan dan peralatan tradisional.

Warna yang dimanfaatkan berasal dari bahan-bahan alam. Pola-pola yang dipakai beraneka ragam, tetapi secara umum mencerminkan kehidupan masyarakat di Sumba.

Mereka menyampaikan hubungan mereka dengan alam dan makhluk lain melalui kain yang dikumpulkan.

4) Sambut Tamu dengan Menyajikan Sirih Pinang

Salah satu hal unik yang ditemukan di masyarakat Kampung Raja Prailiu adalah adat menyuguhkan sirih pinang sebagai tanda selamat datang kepada tamu.

Salah satu alat yang digunakan untuk memperkuat komunikasi dan interaksi sosial mereka adalah ini.

Tetapi, apabila kamu tidak menyukainya, kamu tidak perlu memakannya dan dapat menolaknya dengan cara yang sopan untuk menghormati tradisi lokal.

Sirih pinang telah menjadi warisan turun-temurun dan memiliki arti yang penting bagi penduduk setempat.

Dapat dibuktikan dengan keikutsertaannya dalam berbagai acara tradisional, seperti upacara pemberian nama, pernikahan adat, lamaran, pertemuan keluarga, bahkan saat mengunjungi kuburan adat.

Kebiasaan ini telah menarik perhatian anak-anak berusia 2 hingga 3 tahun sehingga mudah untuk diteruskan.

5) Rumah Adat dengan Atap Berbentuk Limas

Salah satu ciri unik lainnya yang dapat diperhatikan adalah adanya rumah tradisional yang memiliki bentuk limas dan terbuat dari bahan alami yang disebut Uma Mbatang atau Uma Hori.

Rumah tradisional itu memiliki struktur yang tinggi dengan atap yang terbuat dari daun yang terbagi menjadi tiga bagian.

Di bawah tanah berperan sebagai kediaman bagi orang yang telah meninggal, di tengah sebagai tempat tinggal bagi orang yang masih hidup, dan bagian atas sebagai tempat tinggal untuk para Dewa.

Bale utama berfungsi sebagai area untuk menyambut tamu sambil menawarkan sirih pinang.

Di sebelah kanan digunakan untuk upacara, terutama oleh pria. Pada sisi sebelah kiri, perempuan bertugas menyediakan segala kebutuhan untuk ritual, makanan, dan minuman.

Tidak sama dengan area di tengah rumah yang berfungsi sebagai dapur, terdapat empat tiang utama yang bertugas untuk mendukung struktur atap. Sangat menarik, terdapat pahatan berbentuk cincin yang terdapat pada setiap tiang.

Kalau kamu mengunjungi Waingapu akan menyesal jika melewatkan Kampung Raja Prailiu yang unik karena ukiran-ukiran di sana melambangkan fungsi-fungsinya.

Di Kampung Raja Prailiu, kamu tidak hanya dapat menikmati kekayaan adat dan budaya yang ada, tetapi juga memiliki kesempatan untuk mencoba makanan khas yang terkenal di sana, yaitu manggulu. Manggulu adalah sejenis camilan tradisional yang terbuat dari pisang dan kacang.***

Editor: Yanto Tena

Tags

Terkini

Terpopuler