Mimpi Yengo Tanda Kawi Untuk Kabupaten Sumba Barat Daya

14 Februari 2023, 04:52 WIB
Yengo Tanda Kawi saat menunggang kuda di Bukit Lendongara, Desa Karuni, Kecamatan Loura, Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur. /Yanto Tena/Sumba Stori/

SUMBA STORI - Masyarakat Sumba Barat Daya (SBD) mana yang tidak kenal Yengo Tanda Kawi?

Nama ini jadi kondang tidak saja karena dia asli SBD, lebih dari itu karena nama ini adalah salah seorang pejabat di kabupaten pemekaran Sumba Barat itu.

Saat ini Yengo Tanda Kawi menjabat sebagai Camat Kecamatan Loura, yang sebelumnya menjabat sebagai Camat Kecamatan Kodi Utara.

 Baca Juga: Bupati Yohanis Dade: Atraksi Pasola Adalah Tradisi Sakral Yang Perlu Dijaga dan Dilestarikan

Dengan posisi jabatan seperti ini wajar namanya dikenal luas di Kabupaten SBD.

Tetapi sejatinya rekam jejak sang camat yang suka blusukan ini tidak hanya di jalur Aparatur Sipil Negara atau ASN.

Saat ini, orang nomor satu di Kecamatan Loura itu menggagas inspirasi dimana sampah yang dipandang sebelah mata akibat mengeluarkan bau busuk dan dicap kotor akan menghasilkan cuan.

 Baca Juga: Gubernur VBL Tinjau Pasar Inpres Naikoten Kupang Pantau Kestabilan Harga Kebutuhan Pokok

Hal itu dikatakan Yengo Tanda Kawi, kepada awak media, pada Senin 13 Februari 2023 sore kemarin di Tambolaka.

Menurutnya ide ini muncul, setelah mengumpulkan segudang pengalaman di beberapa tempat pembuangan sampah yang ia kunjungi di pulau Bali.

Ternyata, kata Yengo Tanda Kawi, berbagai jenis sampah kotor itu justru menjadi sumber penghasilan yang cukup besar.

 Baca Juga: Kabar Baik! PLN Beri Diskon 50 Persen Biaya Sambung Baru Daya 450 VA

Dengan demikian, dirinya terinspirasi dan antusias hingga percaya untuk memutuskan mengubah persepsi yang menyimpang tentang sampah, dari sumber masalah menjadi sumber pendapatan masyarakat.

Merespon hal tersebut, dirinya langsung bernegosiasi mengajak sang relasi di pulau Dewata itu untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sampah di seluruh Kabupaten SBD, bahkan bila perlu meluas ke daerah tetangga, Kabupaten Sumba Barat, termasuk Sumba Tengah.

Menurut dia, jika operasi pengolahan limbah sudah beroperasi, akan dibutuhkan bahan baku dalam jumlah besar. Jadi ketika SBD habis, maka harus pergi memungut sampah dari lingkungan lain.

 Baca Juga: Hujan Deras Guyur SBD, Sejumlah Fasilitas Publik Terendam Banjir

Dia pun mengatakan, untuk sampah yang akan diambil dari masyarakat tidak dipungut gratis, melainkan akan dikompensasi dalam bentuk apapun, seperti beras dan lain sebagainya.

Dikatakan Yengo Tanda Kawi, pekan ini tim kemanusiaan akan datang dari Bali melakukan pembuatan campuran untuk menyemprotkan tempat sampah yang menyebabkan bau tak sedap.

Selain itu, sebut Yengo Tanda Kawi, kedatangan mereka juga akan melakukan kerjasama pembuatan pupuk organik dan pakan ternak serta pembuatan pabrik plastik. Namun plastik yang di pres akan kirim ke Surabaya.

 Baca Juga: Ketum GMKI Jefri Gultom: Saatnya Berkolaborasi Bersama Agar Lebih Pasti Melangkah

Hal ini, katanya lagi, sebagai bentuk dukungan mereka melakukan pendampingan dan mencetus sampah di SBD sebagai sumber penghasilan yang berdampak positif terhadap masyarakat.

"Minggu ini mereka akan turun langsung memberikan pelatihan dan pendampingan di SBD. Rekan-rekan yang datang nanti ada tiga orang, yakni pak Pdt Dewa dan istrinya dan yang satu Konsultan yakni pak Iwan. Mereka nanti nginap di rumah saya, saat ini saya lagi merehab rumah dan pemasangan listrik," katanya.

Untuk menjemput peluang ini, Yengo Tanda Kawi, berharap agar masyarakat SBD tidak lagi membuang sampah dan menjadikan sebagai salah satu sumber penghasilan.

 Baca Juga: Ikrar Netralitas ASN, Lapas Waikabubak Gelar Apel Bersama

Permasalah Sampah di Indonesia

Permasalah sampah di Indonesia belum selesai hingga saat ini. Indonesia menghasilkan 67,8 juta ton sampah pada 2020.

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), 37,3% sampah di Indonesia berasal dari aktivitas rumah tangga.

Sumber sampah terbesar berikutnya berasal dari pasar tradisional, yakni 16,4%. Sebanyak 15,9% sampah berasal dari kawasan. Lalu, 14,6% sampah berasal dari sumber lainnya.

 Baca Juga: Waspada Cuaca Ekstrem! Sejumlah Daerah di NTT Akan Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang

Ada 7,29% sampah yang berasal dari perniagaan. Sebanyak 5,25% sampah dari fasilitas publik. Sementara, 3,22% sampah berasal dari perkantoran.

Berdasarkan jenisnya, 39,8% sampah yang dihasilkan masyarakat berupa sisa makanan. Sampah plastik berada di urutan berikutnya karena memiliki proporsi sebesar 17%.

Sebanyak 14,01% sampah berupa kayu atau ranting. Sampah berupa kertas atau karton mencapai 12,02%. Lalu, 6,94% sampah berupa jenis lainnya.

 Baca Juga: Cetak 4 Gol Bersejarah Untuk Al-Nassr, Cristiano Ronaldo Jadi Buah Bibir Fans

Sebanyak 3,34% sampah berjenis logam. Ada 2,69% sampah berjenis kain. Kemudian, sampah yang berupa kaca dan karet atau kulit masing-masing sebesar 2,29% dan 1,95%.

Adapun, 55,87% sampah berhasil dikelola sepanjang tahun lalu. Sisanya sebanyak 44,13% sampah masih tersisa karena belum dikelola.

Direktur Pengelolaan Sampah KLHK Novrizal Tahar mengatakan, pemerintah telah menargetkan 30% pengurangan sampah dan 70% penanganan sampah pada 2025. Pendekatan yang dilakukan antara lain melakukan pembatasan sampah plastik dan mendaur ulang sampah anorganik.***

Editor: Yanto Tena

Tags

Terkini

Terpopuler