3 Alasan Mengapa Palestina Harus Didukung dan Penjajahan Israel Harus Ditentang

- 5 November 2023, 10:18 WIB
Ilustrasi Palestina yang sedang melawan penjajahan Israel.
Ilustrasi Palestina yang sedang melawan penjajahan Israel. /Pixabay/Hosny salah

Dari tahun 1919 hingga 1923, jumlah pemukim Yahudi meningkat dua kali lipat. Penjajah Inggris mendirikan Departemen Perdagangan dan Industri untuk menawarkan pinjaman jangka panjang yang besar kepada pengusaha dan petani Yahudi.

Zionisme berarti pembersihan etnis

Negara Zionis yang baru mengembangkan rencana sistematis untuk merebut tanah Palestina dan memastikan mayoritas warga Yahudi. Setidaknya 850.000 warga Palestina terpaksa meninggalkan rumah mereka selama Nakba yang berarti Bencana. Separuh dari desa dan kota mereka musnah, hanya menyisakan puing-puing dan batu.

Pendukung Israel masih mengatakan bahwa tidak ada rencana seperti itu. Mereka mengeklaim warga Palestina melarikan diri karena perang dengan negara-negara Arab tetangga. Namun itu adlaah operasi militer untuk membersihkan warga Palestina. Teknik yang digunakan sudah jelas yakni dengan menghancurkan desa-desa dengan membakarnya, meledakkannya, dan menanam ranjau di reruntuhannya.

David Ben-Gurion, Perdana Menteri Israel tahun 1948, menandatangani deklarasi pendirian Israel pada tanggal 14 Mei 1948. PBB meratifikasi deklarasi tersebut dengan menyatakan bahwa 55 persen wilayah Palestina akan diberikan kepada pemukim Zionis.

Sebelum tahun 1948, hanya 600.000 pemukim Yahudi yang tinggal di Palestina. Jumlah ini meningkat hampir dua kali lipat dalam tiga tahun setelah Nakba. Negara pertama yang mengakui Israel sebagai sebuah negara pada tahun 1948 adalah Amerika Serikat—sekutu imperialis terbesar Israel.

Proses perdamaian seperti jebakan imperialis bagi Palestina

Dugaan “kesepakatan damai” yang ditengahi oleh Barat selalu merupakan kebohongan. Salah satunya adalah Perjanjian Oslo yang ditandatangani pada tahun 1993. Tujuan sebenarnya dari hal ini adalah untuk mempertahankan kepemilikan Israel atas tanah tersebut dengan dalih bahwa Palestina akan diberikan sebuah negara yang bisa hidup berdampingan dengan Israel.

Pada saat yang sama, wilayah Palestina lainnya akan tetap berada di bawah kedaulatan Israel. Otoritas Palestina (PA) yang baru dibentuk, yang didominasi oleh Fatah, menguasai 18 persen wilayah Tepi Barat yang diduduki. Sekira 22 persen akan diperintah oleh Israel dan Palestina secara bersama-sama.

Sisanya—66 persen—akan diserahkan kepada Israel, termasuk kendali atas impor dan ekspor. Perjanjian Oslo membuat Palestina semakin mustahil untuk bertahan hidup tanpa Israel.

Halaman:

Editor: Yanto Tena

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x