Baca Juga: Gempar! Gadis SMP Ini Ngaku Dihamili Jin, Polisi Langsung Bergerak, Hasilnya Bikin Kaget
Hukum taurat telah digenapi oleh Yesus dan disempurnakan dalam pengajaran-pengajaran cinta kasih-Nya. Sebab hukum kasih menjadi hukum yang paling tinggi diatas segala hukum lainnya. Untuk itu, marilah kita ‘menikmati’ hukum Kristus, bukan hanya menjadi pelaksana yang taat, tetapi juga menjadi pelaksana yang penuh makna.
Yesus mengingatkan kita untuk menjauhkan diri dari kesempatan untuk berdosa, yaitu demi penjagaan keselamatan jiwa dan raga kita. Dan selanjutnya Yesus melarang apa yang diizinkan oleh Musa, yaitu bahwa serorang suami boleh menceraikan isterinya karena zinah dengan memberi surat cerai kepadanya.
Mengapa? Karena hal itu bertentangan dengan hukum kasih. Yesus ingin menegaskan bahwa perkawinan hanya dapat dipelihara atau dipulihkan kembali dengan kesatuan kasih.
Baca Juga: Astaga! Warga Belu NTT Temukan Bayi Tak Bernyawa di Dalam Sebuah Tas Warna Hitam
“Aku datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat atau Kitab Para Nabi, melainkan untuk menggenapinya.” Pengajaran Yesus yang radikal dan penuh wibawa ini mengandung reaksi dari para murid-Nya, seakan-akan Yesus mau meniadakan hukum Taurat dan Kitab Para Nabi.
Yesus menegaskan bahwa Dia datang justru untuk menggenapi apa yang kiranya telah bercacat karena ditafsirkan secara tidak sempurna oleh ahli-ahli Taurat. Yesus mengajarkan para murid-Nya untuk memahami, menghayati, mengamalkan, serta mengajarkan hukum Tuhan dalam keutuhannya.
Kita tidak boleh menikmati sabda-Nya hanya pada hal-hal yang menarik atau yang sekiranya sesuai dengan keadaan kita, misalnya karena sabda itu menghibur kita. Kita tidak boleh mengabaikan bagian-bagian dari sabda-Nya yang mengecam atau yang menuntut perubahan sikap hidup yang radikal dari pihak kita.