Menyibak Permasalahan Remaja yang Tidak Terlihat di Permukaan

- 9 Mei 2023, 11:04 WIB
Peserta didik PKBM Maleo saat menyimak penjelasan dari YAICI. (Photo by: Tim Dokumentasi YAICI)
Peserta didik PKBM Maleo saat menyimak penjelasan dari YAICI. (Photo by: Tim Dokumentasi YAICI) /

SUMBA STORI - Angka anak putus sekolah meningkat pada 2022. Kondisi tersebut terjadi pada seluruh jenjang pendidikan, baik SD, SMP dan SMA.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka putus sekolah di jenjang SMA pada 2022 mencapai 1,38%. Angkanya tersebut tercatat naik sebanyak 0,26% poin dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebesar 1,12%.

Sementara pada jenjang SMP, angka putus sekolah di jenjang SMP tercatat sebesar 1,06% pada 2022, meningkat 0,16% poin dari tahun lalu, dan angka putus sekolah di jenjang SD juga meningkat sebanyak 0,01% dibanding tahun lalu, yaitu menjadi 0,13%.

Ekonomi keluarga yang tidak mendukung menjadi faktor utama penyebab putus sekolah. Selain itu, kondisi keluarga yang tidak harmonis, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), pernikahan dini dan persoalan-persoalan sosial lainnya yang dihadapi anak juga memicu bertambahnya jumlah anak putus sekolah.

Ketua harian Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) Arif Hidayat mengatakan anak-anak dari keluarga marjinal terutama yang berada di wilayah urban perlu mendapat perhatian.

“Masyarakat marjinal di wilayah urban, berpotensi tinggi mengalami putus sekolah,” jelas Arif Hidayat.

Lebih lanjut, Arif Hidayat menjelaskan tinggginya angka putus sekolah pada remaja di wilayah urban bukan semata karena alasan ekonomi.

Halaman:

Editor: Yanto Tena


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x