Soal Konflik Palestina dan Israel, PMKRI Waingapu Ingatkan Jokowi Tidak Berpihak pada Satu Negara

- 9 November 2023, 17:08 WIB
Pengurus PMKRI Cabang Waingapu.
Pengurus PMKRI Cabang Waingapu. /Sumba Stori/Joko Godo Kadu/

SUMBA STORI - Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Waingapu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) memberikan peringatan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk tidak berpihak pada satu negara dalam konflik Palestina dan Israel.

Hal ini, berawal karena Presiden Jokowi telah melepas pengiriman bantuan kemanusiaan untuk masyarakat Palestina di pangkalan TNI AU Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, pada Sabtu, 4 November 2023.

"Sebagai bangsa yang menjunjung tinggi rasa kemanusiaan dan keadilan sosial, Presiden Jokowi tidak boleh memihak kepada satu negara dengan hanya memberikan bantuan kemanusiaan kepada negara Palestina saja," kata Ketua Presidium PMKRI Cabang Waingapu, Erfin FBM Awang, dalam pernyataannya yang diterima Sumbastori.com, pada Rabu, 8 November 2023.

"Seharusnya hal yang sama dilakukan Presiden Jokowi kepada Israel yang juga sebagian rakyat yang mengalami penderitaan akibat serangan Hamas Palestina," katanya lagi menegaskan.

Diketahui, BAZNAS mengajak masyarakat Indonesia untuk berdonasi dan mendoakan keselamatan warga Palestina yang masih berada dalam agresi militer Israel. Bantuan dapat disalurkan melalui link baznas.go.id/sedekahduniaislam atau transfer ke rekening BSI 100.426.6893.

Sementara itu, Presidium Gerakan Kemasyarakatan, Jefri Jonga Tari, juga menyampaikan bahwa hal tersebut akan menimbulkan kecemburuan sosial.

"Hal ini justru akan menimbulkan kecemburuan sosial mengingat yang menjadi korban akibat konflik antara dua negara ini juga dialami oleh masyarakat Israel," ujarnya.

Hal ini juga, lagi katanya, akan berimbas kepada hubungan Israel dan Indonesia mengingat Indonesia dan Israel memiliki kolaborasi di berbagi bidang, termasuk perdagangan, pariwisata dan pendidikan.

"Seharusnya BAZNAS juga mengajak masyarakat Indonesia untuk berdonasi dan mendokan keselamatan warga Israel," pungkas Jefri. 

Selanjutnya, PMKRI Cabang Waingapu mendorong pemerintah untuk menyuarakan dan mengupayakan perdamaian antar Palestina dan Israel sebagai bentuk penolakan kejahatan perang tanpa adanya keberpihakan.

Gaza Bak "Neraka"

Melansir Sumbastrori.com dari Pikiran-Rakyat.com Part of Pikiran Rakyat Media Network, pertempuran berkelanjutan antara Israel dan Hamas masih berlangsung hingga tanggal 9 November 2023, telah merusak tempat penampungan dan sekitar rumah sakit di Gaza City, mengubah kehidupan para warga Palestina yang melarikan diri dan terluka menjadi sangat menderita seperti di "neraka".

Wahid Al-Munirawi merasa terkejut sekali setelah serangan yang dilakukan oleh Israel menghantam lokasi perlindungan di kamp Jabalia, yang merupakan tempat tinggal bagi keluarganya.

Saat dihubungi oleh Xinhua melalui telepon, Al-Munirawi, seorang teknisi radiologi yang bekerja di Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza, membagikan pengalamannya.

"Untungnya, istri dan anak perempuan saya tidak terluka, tetapi orang-orang di sini tewas akibat pengeboman dan pengepungan Israel yang berkepanjangan," katanya.

"Makanan menjadi langka, air tidak layak diminum, dan bahkan sumber-sumber energi yang tersisa sedang digempur dan dihancurkan, sehingga tidak menyisakan tempat mengungsi bagi warga," tambahnya.

Ada tiga saudara kandung Al-Munirawi yang sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit Indonesia. Namun, Al-Munirawi memberikan peringatan bahwa pelayanan medis di sana kemungkinan akan terhenti dikarenakan masalah pasokan energi yang kurang mencukupi.

Pada tanggal 4 November 2023, serangan yang ditujukan kepada sekolah Al-Fakhour menyebabkan kematian 15 warga Palestina dan 74 lainnya mengalami luka-luka, dengan informasi ini dikonfirmasi oleh Kementerian Kesehatan Palestina yang bermarkas di Gaza. Di masa lalu, sekolah ini telah menjadi target penyerangan oleh Israel pada masa dingin tahun 2008-2009 yang lalu.

Gambar dan rekaman video menunjukkan noda darah pada peralatan masak yang rusak dan remah-remah roti yang tidak sempat diolah di dalam gedung sekolah yang menjadi sasaran tersebut.

Selama 24 jam terakhir, pihak kementerian itu melaporkan bahwa serangan udara Israel yang menyasar tempat penampungan dan rumah sakit telah mengakibatkan puluhan orang tewas dan luka-luka.

Pada Kamis, 2 November 2023, tentara Israel mengepung Gaza City dan kamp Jabalia, dan terus melancarkan serangan di sejumlah titik di bagian selatan kota itu. Para pengungsi Palestina mengaku bahwa kehidupan mereka bagaikan di "neraka yang tak tertahankan tanpa makanan dan air, di mana mayat bergelimpangan" dan gempuran serangan udara serta bombardir terus-menerus terjadi.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa ratusan ribu warga Gaza telah mengungsi ke bagian selatan daerah kantong tersebut, sementara ratusan ribu orang lainnya masih terjebak di sejumlah rumah sakit dan tempat penampungan yang berada dekat dengan garis depan antara tentara Israel dan pejuang Hamas serta faksi-faksi bersenjata Palestina lainnya.

Selama sebulan penuh sejak konflik mematikan tersebut pecah, jumlah korban tewas dari pihak Palestina di Gaza telah bertambah menjadi 10.328 orang, termasuk 4.237 anak-anak, 2.719 wanita, dan 631 lansia, sementara jumlah korban tewas dari pihak Israel mencapai lebih dari 1.400 orang dan ribuan orang lainnya luka-luka, menurut data statistik resmi dari masing-masing pihak.

Israel memutus pasokan bahan bakar, listrik, makanan, dan air ke Gaza sebagai bentuk hukuman terhadap Gaza setelah Hamas, penguasa daerah kantong tersebut, melancarkan serangan mendadak ke kota-kota perbatasan Israel pada awal Oktober lalu.

Seorang wanita yang mengidentifikasi dirinya sebagai Um Tawfiq menuturkan, "kami tidak dapat menemukan makanan atau air. Harga-harga tinggi, dan kami tidak memiliki uang atau pemasukan."

Distribusi makanan dan pasokan medis di bagian selatan Gaza menjadi terganggu di tengah meningkatnya kebutuhan warga. Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) terus bekerja demi memenuhi kebutuhan para pengungsi.

Upaya UNRWA untuk membatasi distribusi tepung terigu ke toko-toko roti dan menjualnya kepada warga dengan harga yang lebih murah telah membantu meringankan sebagian penderitaan warga Palestina.

Waleed Mahanna, yang berasal dari Gaza dan kini tinggal bersama kerabatnya di Rafah, mengatakan, "setiap hari, saya harus berdiri mengantre sejak fajar hingga siang hari demi membeli sepotong roti."

"Ini adalah situasi tidak manusiawi terburuk yang dapat dialami seseorang," ujarnya.***

Editor: Yanto Tena


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah