Duh, Petani di Sumba Barat Terancam Gagal Panen

- 4 Januari 2024, 16:57 WIB
Lahan persawahan petani di Sumba Barat.
Lahan persawahan petani di Sumba Barat. /Sumba Stori/Yanto Tena/

SUMBA STORI - Masyarakat petani sawah di Kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami kegelisahan akibat curah hujan yang tidak stabil hingga bulan Januari saat ini.

Petani yang bertanggung jawab dalam mengelola lahan pertanian persawahan merasa khawatir akan hasil panen di tahun ini dikarenakan cuaca yang tidak stabil dan kurangnya curah hujan yang memadai.

Banyak petani yang melakukan proses pengolahan lahan pertanian dengan terpaksa menggunakan traktor di lahan kering. Tujuannya adalah untuk mempermudah pengelolaan lahan saat hujan stabil serta memudahkan mereka dalam mengelola lahan saat cuaca sudah memadai.

Para petani saat ini sangat khawatir untuk menyebar bibit padi terlebih dahulu karena mereka takut bahwa bibit padi yang sudah mereka sebar akan mengalami penurunan produktivitas akibat kekurangan air.

Pasalnya, pengelolaan lahan pertanian sawah di Sumba Barat umumnya dilakukan oleh petani dengan metode tadah hujan yang hanya efektif pada saat musim hujan.

Sementara itu, terdapat sekitar 10 persen perswahan yang dapat dimanfaatkan dua kali dalam setahun. Persawahan yang dikelola hanya dua kali dalam satu musim terletak di pinggiran sungai atau kali dengan jumlah air yang terbatas.

Oleh karena itu, tidak semua masyarakat yang memiliki lahan pertanian di tepi sungai dapat mengurus lahan pertanian mereka sepanjang dua musim.

Seorang petani sawah, Daniel Malo mengatakan, saat ini ada kemungkinan besar mereka akan mengalami kegagalan panen karena cuaca hujan yang tidak konsisten.

Daniel mengungkapkan bahwa mereka merasa cemas tentang kesuksesan pertanian mereka tahun ini.

"Kami biasanya suda selesai tanam di bulan Desember namun saat ini belum ada curah hujan yang cukup bahkan semua sawah kmi masih kering, ini terpaksa kami gledek dgn traktor lahan kering sambil menunggu air hujan," ujar Daniel sebagaimana dikutip dari RRI, pada Kamis, 4 Januari 2024.

Kata Daniel, keadaan saat ini menjadi berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. 

Pada bulan Oktober dan November, telah terjadi peningkatan curah hujan yang signifikan dan hal ini mendorong masyarakat untuk secara massal melaksanakan kegiatan pembajakan lahan pertanian menggunakan mesin bajak dan alat-alat tradisional.

Ketidakpastian curah hujan akan semakin memunculkan kekhawatiran di kalangan petani. Dimungkinkan perubahan iklim yang besar ini mungkin juga disebabkan oleh kerusakan lingkungan. Banyak hutan yang luas di Sumba Barat dan sekitarnya telah menghilang akibat penebangan hutan yang tidak terkendali.

Demikian demikian, pemerintah diharapkan dapat memperhatikan hal ini sebagai sebuah ancaman bencana alam yang merugikan seluruh masyarakat, terutama para petani.***

Editor: Yanto Tena

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah