SUMBA STORI - Ketua Forum Kehutanan Daerah (FKD) Sumut Panut Hadisiswoyo mengatakan, pihaknya terus mendorong masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di wilayah koridor habitat orang utan tapanuli untuk hidup harmonis dengan satwa dilindungi itu.
"Kami terus menggaungkan 'living in harmony'. Sudah disepakati bahwa itu koridor orang utan jadi harus hidup berdampingan," ujar Panut di Medan, Rabu, 31 Januari 2024 dilansir dari Antara.
Panut, yang juga pendiri Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Center (YOSL-OIC), menyebut bahwa wilayah hidup orang utan tapanuli (Pongo tapanuliensis) utamanya berada di Tapanuli Selatan, tepatnya di kawasan Batangtoru.
Habitat primata yang spesiesnya baru ditetapkan pada tahun 2017 meluas di sekitar Sungai Batangtoru, Gunung Sibualbuali dan daerah Kecamatan Sipirok yang merupakan koridor orang utan.
"Di wilayah itu, banyak lahan dan ladang milik masyarakat sehingga pasti akan terjadi interaksi," kata Panut.
Interaksi terkini antara warga dan orang utan tapanuli terjadi pada Senin, 29 Januari 2024 di Desa Bulu Mario, Kecamatan Sipirok, Tapanuli Selatan. Masyarakat pun melaporkan hal itu kepada Seksi Konservasi Wilayah V Sipirok, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara.
Petugas bersama personel YOSL-OIC kemudian mendatangi lokasi dan mengarahkan orang utan tersebut masuk ke cagar alam Sibualbuali.
Menurut Panut, pertemuan antara warga dan orang utan tapanuli lumrah terjadi. Kabar baiknya, Pria yang menamatkan pendidikan master bidang konservasi primata di Universitas Oxford Brookes, Inggris, itu menyebut bahwa tidak pernah ada konflik warga dengan orang utan tapanuli setidak-tidaknya selama tiga tahun terakhir.
Berkat sosialisasi dan edukasi dari pemerintah, lembaga swadaya masyarakat serta elemen FKD, warga tidak lagi menganggap orang utan tapanuli sebagai hama.